Ini adalah urutan gitaris blues terbaik dunia versi penulis :
1. Jimi James Marshall Hendrix (Jimi Hendrix)
2. Eric Clapton
3. Gary Moore
4. B.B King
5. Brian May
6. Ritchie Blackmore
7. Santana
8. Eric Johnson
9. Richie Kotzen
10. Slash
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
1. Eet Sjahranie
Eet selalu dihubungkan dengan kepiawaiannya memetik dawai gitar. Setelah Ian Antono, Eet disebut-sebut sebagai jawara gitar di tanah air , (Menurut saya sih sebaliknya). Imej itu memang layak disandangnya. Terlebih ia kini menjadi salah satu gitaris grup rock Indonesia yang cukup disegani, EdanE.
Dilahirkan di Bandung, 3 Februari 1962 dengan nama Zahedi Riza
Sjahranie, anak ketujuh dari kedelapan bersaudara ini mulai menyenangi
musik saat menginjak usia 5 atau 6 tahun. Maklum kakak-kakanya sering
memutar lagu-lagu barat, seperti Deep Purple, Jimi Hendrix, Led Zeppelin, The Beatles, hingga Bee Gees.
Kendati diakuinya
hal itu sedikit banyak memengaruhi kepekaan rasanya dalam bermusik,
bukan gara-gara itu yang menggugah hatinya belajar gitar. "Justru yang
membuat saya mendalami musik karena melihat Koes Plus. Asyik banget melihat aksi panggung Yok atau Yon Koeswoyo," ujar Eet mengenang. Awalnya ia belajar gitar dengan seorang anak yang jadi yang juru parkir di depan sekolahnya di Samarinda Kalimantan Timur,
tempat keluarganya bermukim saat itu. Sehabis pulang sekolah, ia selalu
mengajak sohib-sohibnya belajar gitar bersama. Sejak itu "secara
alamiah saya belajar sendiri," tuturnya. Mulai dari lagu daerah,
folksong, dangdut sampai lagu-lagu pop yang sedang populer saat itu ia
coba untuk mencari akord-akordnya.
Di masa kecil, sesekali Eet sering diajak ayahnya, Abdoel Wahab Sjahranie yang pernah jadi Gubernur Kalimantan Timur
1967-1977, ke Jakarta, sekalian mengunjungi kakaknya yang sedang studi
di Ibukota. Sang kakak kebetulan mahir bermain gitar klasik. Kesempatan
itu tidak disia-siakan Eet untuk mencuri ilmunya. "Lumayan ia
mengajarkan satu lagu klasik," katanya Sekembalinya, Eet menunjukan
kebolehannya di hadapan teman-temannya. Merasa mendapat perhatian lebih
dari kawan-kawannya, Eet kian percaya diri untuk lebih mendalami teknik
permainan gitar. Lagu-lagu yang rhythm dan petikan melodinya enggak
gampang, ia jelajahi. Keinginannya pun semakin menggebu ketika
orangtuanya membelikan gitar elektrik. Berbeda yang ia alami saat
memetik gitar akustik, dengan gitar elektrik ia mulai tahu sound-sound
aneh. Referensi musiknya sedikit demi sedikit mulai bertambah.
"Orientasi saya tidak lagi dengar lagu-lagu Indonesia, tapi lagu-lagu
barat. Kayaknya lebih asyik (ini penting : D )," tutur Eet.
Pada 1978,
keluarga Sjahranie boyong ke Jakarta. Ia melanjutkan sekolah di
Perguruan Cikini. Tahu Eet jago main gitar, teman-teman sekolahnya yang
suka ngeband mengajaknya ikut Festival Band SLTA se-Jakarta. Tak
disangka, Eet mendapat gelar gitaris terbaik, sedang Cikini's Band
menduduki peringkat kedua. Selain itu, Eet ikut membantu pengisi musik
untuk operet sekolahnya. Di situ ia bertemu Iwan Madjid,
yang lalu mengenalkannya dengan Fariz RM dan Darwin. Temu punya temu,
mereka sepakat membentuk grup band, namanya WOW. "Tapi belum terealisir
saya sudah kadung pergi ke Amerika," ujar Eet. (WOW sendiri sempat
mengeluarkan album, minus Eet). Di negeri Paman Sam, Eet mengambil
Workshop Recording Sound Engineering di Chillicote, Ohio selama tiga
bulan. Selama di sana, ia banyak bertemu musisi Indonesia, yang juga
sedang studi musik, antara lain kawan lamanya Fariz RM dan Iwan Madjid, serta Ekie Soekarno.
Pertemanan mereka berlanjut sampai di tanah air. Dalam beberapa
kesempatan, Eet kerap diajak rekaman. Saat Fariz RM menggagas proyek
album Barcelona, Eet mengisi sound gitarnya. Atau waktu Ekie Soekarno
membuat album Kharisma I dan Kharisma II. Saat menggarap album Ekie, Eet
bertemu Jockie Surjoprajogo, yang lalu mengajaknya masuk God Bless, menggantikan posisi Ian Antono.
Tak hanya sebagai player, Eet juga ditawari produser rekaman untuk
menggarap beberapa proyek album solo rock. Dari beberapa nama yang
diajukan, Eet memilih Ecky Lamoh.
Alasannya, ia sudah tertarik dengan warna vokal Ecky sejak sama-sama
mengisi album Kharisma-nya Eki Soerkarno. Tapi, Eet ingin format solo
album diubah menjadi duo. Titelnya "E dan E", singkatan dari Ecky Lamoh
dan Eet Sjahranie. Namun, ditengah jalan, kedua musisi ini malah
membentuk grup band. Fajar S. (drum) dan Iwan Xaverius (bas) yang sejak
awal ikut merancang konsep album mereka, diajak bergabung. Jadilah
namanya berubah menjadi EdanE.
Bersama EdanE,
Eet mencurahkan kemampuannya dalam bermain gitar. Impiannya menjadikan
grup rock, yang paling tidak secara musical sama kualitasnya dengan
grup-grup rock dari luar, berusaha ia wujudkan. Hasilnya, semua orang
mengakui Eet terbilang berhasil mempresentasikan musik rock yang
bermutu. Sayatan-sayatan gitar yang bertehnik serta eksperimen distorsi
sound-nya yang njelimet, banyak membuat orang berdecak. Maka, tidak
terlalu berlebihan jika ia dijuluki salah satu kampiun gitar rock di
Indonesia.
Bersama EdanE,
Eet telah banyak memiliki penggemar karena cara dia memainkan gitar
sungguh tak dapat dipandang sebelah mata. Dalam debutnya bersama EdanE, Eet telah mengeluarkan 6 album.
2. Ian Antono
Lahir dengan nama Jusuf Antono Djojo (lahir di Malang, Jawa Timur, 29 Oktober 1950; umur 60 tahun) adalah seorang musisi dan pencipta lagu yang juga salah seorang gitaris kelompok musik rock legendaris God Bless.
Awal karier
Pada awalnya, Ian Antono merupakan seorang drummer. Namun setelah mendengar musik-musik The Shadows ia mulai berminat menjadi gitaris. Ia pun akhirnya bergabung dengan band Abadi Soesman yang waktu itu namanya cukup diperhitungkan. Tahun 1970 ia hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan band Bentoel yang menjadi pengiring bagi penyanyi Emilia Contesa dan Trio The King.
Akhirnya tahun 1974 ia resmi menjadi gitaris God Bless
dan merilis album-album seperti Huma Diatas Bukit (1975), Cermin
(1980), Semut Hitam (1989). Nama Ian Antono mulai menarik perhatian
karena pada saat itu atmosfer musik rock di Indonesia belum ada yang
memulai. God Bless lah yang pertama kali mempelopori. Secara otomatis Ian juga menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rock Indonesia.
Gong 2000
Setelah mundur dari God Bless dan Ian bergabung dengan grup Gong 2000 dan merilis album-album seperti Bara Timur (1991), Laskar (1994), dan Prahara (1996).
Sewaktu masih memperkuat God Bless permainan Ian berbeda dengan semasa ia memperkuat Gong 2000. Di Gong 2000 ia banyak memasukkan unsur musik Bali.
Hal itu dibuktikan pada setiap penampilannya, Ian setidaknya
mengikutsertakan 20 musisi asli Bali. Tahun 1997, Ian kembali memperkuat
God Bless dan berduet dengan Eet Sjahranie yang masih berstatus sebagai gitaris God Bless. Konsep double gitar ini cukup menarik perhatian meski pada akhirnya album "Apa Kabar?" gagal dipasaran.
Ian
Antono juga merupakan sosok seorang musisi yang produktif. Dalam
setahun beliau bisa menggarap album untuk beberapa penyanyi. Banyak
album yang tidak lepas dari sentuhan hangatnya termasuklah Iwan Fals, Anggun C. Sasmi, Nicky Astria, Doel Sumbang, Gito Rollies, Ebiet G Ade, Ikang Fawzi
dan banyak lagi. Karya Ian Antono di arena muzik telah menerima banyak
penghargaan. Antaranya ialah BASF Award (1987 - 1988) untuk Arranger
Terbaik dan Komposer Terbaik untuk album Gersang (Nicky Astria), HDX Award (1989) untuk lagu Buku Ini Aku Pinjam (Iwan Fals), BAFS Award (1989) Album Bara Timur (Gong 2000) sebagai The Best Selling Album dan The Best Arranger & Composer, HDX Award (1994) untuk album Laskar (Gong 2000)
sebagai Album Terbaik. Yang tidak kalah pentingnya adalah penghargaan
dari Diamond Achievement Award atas dedikasi dan prestasi yang tinggi di
industri musik pada tahun 1995.
Sebuah
pengalaman yang menarik bagi Ian adalah ketika pada tahun 1999 ia
diundang oleh Ramli Syarif untuk ikut memeriahkan ajang Formula-1 di Malaysia.
Bagi Ian ini bukan pengalaman biasa, pasalnya disana turut hadir pula
grup kolaborasi dewa gitar dunia, G3 dan grup rock legendaris Jethro Tull. Dengan memanfaatkan sesi check sound, Ian mempelajari perangkat milik Steve Vai yang jumlahnya banyak. Dari situ ia menambah ilmu dan wawasan yang belum pernah ia dapatkan di Indonesia.
Kebesaran nama dan kontribusinya bagi dunia musik Indonesia membuat para musisi muda Indonesia menggelar proyek album A Tribute To Ian Antono yang dimeriahkan oleh artis-artis musik Indonesia seperti EdanE, Sheila On 7, Padi, Gigi, Cokelat, Boomerang, /rif, dll.
Pria yang pernah terpilih sebagai salah satu gitaris yang tampil di album Gitar Klinik dan jam session bersama Andy Timmons di Hard Rock Cafe Jakarta itu telah merilis dua album bersama BIP, masing-masing Turun Dari Langit dan Min Plus.
5. Andra
Nama Asli : Andra Junaidi Ramadhan
Tempat/Tgl Lahir : Surabaya, 17 Juni 1972
Gaya Permainan : Rock, Jazz
Group Band : Dewa
Pengaruh musikal : Joe Satriani, Dave Navarro, Scott Henderson, Pat Metheny
Gitar Yang Digunakan : Parker, PRS, Fender Stratocaster, G&L
Pickup Yang Digunakan : Dimarzio Fred, Seymour Duncan '59
Kabinet Speaker : Marshall 4x12
Efek : Line 6 Stomp Box, Rocktron Replifex, Ibanez Tube Screamer TS9
Head Ampli : Legacy Steve Vai
Andra mengaku terlambat tertarik terhadap musik. karena baru SMP lewat ekskul musik. Pertama ia bermimpi untuk menjadi seo- rang drummer terkenal, tapi karena masalah biaya untuk membeli Drum sangat mahal dan setelah melihat teman2nya asyik memetik gitar, hobinya pun berganti. Bermodal gitar pinjaman, ia mulai belajar gitar, dan memang karena bakat, kemampuan dan teknik permainannya berkembang sangat pesat. Di SMPN 6 inilah, Andra bertemu dengan Dhani, Wawan, dan Erwin kemudian mereka sepakat untuk membentuk band dengan nama Dewa. Aliran rock yang pertama mereka geluti akhirnya pindah ke jazz akibat pengaruh Erwin. Mereka sempat menjuarai ajang Yamaha Musik pada waktu masih menggunakan nama Down Beat. Setelah itu mulai serius di dunia musik. Pada awalnya, Andra lebih memilih gitar yang berpenampilan sangar ketimbang karakter suara yang dihasilkan itu sendiri. Baru semenjak bergabung dengan Down Beat bersama Ahmad Dhani dan Erwin, ia mulai memperhatikan sound yang dihasilkan oleh tiap-tiap jenis gitar.
Masalah kemudian bergelayut pada kehidupan Andra yaitu ketika ia harus memilih antara karirnya sebagai pemusik atau meneruskan kuliahnya di jurusan desain interior. Dengan pertimbangan yang matang, akhirnya Andra memilih untuk terus meniti karir di dunia musik, tapi bukan berarti langkahnya tetap mulus, karena kedua orang tuanya tidak setuju kalau Andra harus melepaskan bangku kuliahnya. Layaknya orang tua biasa, mereka ingin melihat Andra meraih gelar sarjana seperti kelima kakaknya yang sudah selesai. Tapi akhirnya kedua orang tuanya mau mengerti dan memang terbukti pilihan Andra tepat. Setelah melepaskan kuliahnya, konsentrasinya ke Dewa 19 membuat kreativitasnya lebih tergali.
Untuk urusan gitar, yang pertama digunakan adalah Aria Pro tipe Stratocaster untuk pembuatan album pertama dan penampilan live nya. Kemudian setelah mencoba Fender ia mulai menggunakan gitar tersebut. Untuk mendapatkan sound yang lebih baik, ia kemudian memasang pickup Dimarzio pada gitar Aria Pro nya. Namun kemudian ia lebih memilih menggunakan Fender Classic Stratocaster sampai album Dewa19 yang ke empat.
Tahun 2006 ini, Andra dan Dewa merelease album terbaru yang berjudul Republik Cinta, dan Dewa kembali memakai judul Dewa19 sebagai nama band.
3. Pay
Parlin Burman Siburian (populer dengan panggilan Pay;
lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 2 Mei 1970; umur 41 tahun)
adalah salah seorang musikus Indonesia. Ia adalah anggota band rock BIP yang telah mengedarkan 2 album yakni "Turun dari langit" dan "Min Plus".
Pay juga terpilih sebagai salah satu gitaris yang tampil di album Gitar
Klinik dan jam session bersama Andy Timmons di Hard Rock Cafe Jakarta.
Pay merupakan mantan anggota Slank.
Pay masuk Slank pada tahun 1989. Di masa itu Pay kenal dengan beberapa
produser dan coba-coba menawarkan demonya Slank, akhirnya ketemu dan
Slank diambil. Tahun 1990 Slank mulai rekaman, dengan personil yang
terdiri dari Pay, Bimbim, Bongky, Indra dan Kaka.
Pay pernah bergabung bersama Andy Liany, Ronald, dan Once membentuk Fargat 27, dan merilis album "Seribu Angan".
Pay
menikah dengan Cynthia Dewi Bayu Wardhani atau yang lebih dikenal
dengan Dewiq, seorang penyanyi asal Ujung Pandang, Indonesia, yang juga
seorang musikus dan penyanyi. Ia kemudian menceraikan Dewiq. Pada tahun
2010, Pay menikahi Irene Anastasya Pricilia.
Biografi :
Pay Siburian adalah salah seorang musikus Indonesia, sekaligus personel grup band beraliran rock, BIP. Di mana personel mereka terdiri dari, Bongky, Indra dan Reynold.
Pria yang pernah terpilih sebagai salah satu gitaris yang tampil di album Gitar Klinik dan jam session bersama Andy Timmons di Hard Rock Cafe Jakarta itu telah merilis dua album bersama BIP, masing-masing Turun Dari Langit dan Min Plus.
4. Abdee Negara
Abdee Negara
(lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 28 Juni 1968; umur 43 tahun)
adalah gitaris, vokal pendukung, penulis lagu dan produser yang berasal
dari Indonesia. Ia adalah salah satu gitaris Slank dengan gitaris
lainnya, Ridho dan pernah bermain dengan gitaris nasional dan
internasional lainnya, salah satunya Paul Gilbert.
Selain
Slank, band utamanya, Abdee juga memproduseri band Indonesia lainnya,
Serieus. Sejak memulai karier musiknya, Abdee selalu bermain dan
mempersembahkan gaya rock-blues. Selain itu juga Abdee memproduseri grup band Serieus.
Sukses menjadi gitaris di band Slank, membuat Abdee
melirik bisnis meski masih di bidang gitar. Ia meluncurkan produk efek
gitar hasil pemikiran dan kreasinya sendiri (Signature Series), yang
diberi nama The Eyes.
Karier musik
- 1988- belajar teori musik di ILW sambil bermain band dengan Ivan N Flash Band.
- 1990-1997 jadi session player di studio dan panggung
- 1997 akhir, bergabung dengan Slank sampai sekarang.
Diskografi
- Tujuh (1997)
- Mata Hati Reformasi (1998)
- Konser Piss 30 Kota (1998)
- 999 + 09 1 (1999)
- 999 + 09 11 (1999)
- Ngangkang (2000)
- Virus (2001)
- Virus Road Show (2000)
- Satu Satu (2003)
- Bajakan (2003)
- P.L.U.R (2003)
- Slankissme (2005)
- Since 1983 - edisi Malaysia (2006)
5. Andra
Nama Asli : Andra Junaidi Ramadhan
Tempat/Tgl Lahir : Surabaya, 17 Juni 1972
Gaya Permainan : Rock, Jazz
Group Band : Dewa
Pengaruh musikal : Joe Satriani, Dave Navarro, Scott Henderson, Pat Metheny
Gitar Yang Digunakan : Parker, PRS, Fender Stratocaster, G&L
Pickup Yang Digunakan : Dimarzio Fred, Seymour Duncan '59
Kabinet Speaker : Marshall 4x12
Efek : Line 6 Stomp Box, Rocktron Replifex, Ibanez Tube Screamer TS9
Head Ampli : Legacy Steve Vai
Andra mengaku terlambat tertarik terhadap musik. karena baru SMP lewat ekskul musik. Pertama ia bermimpi untuk menjadi seo- rang drummer terkenal, tapi karena masalah biaya untuk membeli Drum sangat mahal dan setelah melihat teman2nya asyik memetik gitar, hobinya pun berganti. Bermodal gitar pinjaman, ia mulai belajar gitar, dan memang karena bakat, kemampuan dan teknik permainannya berkembang sangat pesat. Di SMPN 6 inilah, Andra bertemu dengan Dhani, Wawan, dan Erwin kemudian mereka sepakat untuk membentuk band dengan nama Dewa. Aliran rock yang pertama mereka geluti akhirnya pindah ke jazz akibat pengaruh Erwin. Mereka sempat menjuarai ajang Yamaha Musik pada waktu masih menggunakan nama Down Beat. Setelah itu mulai serius di dunia musik. Pada awalnya, Andra lebih memilih gitar yang berpenampilan sangar ketimbang karakter suara yang dihasilkan itu sendiri. Baru semenjak bergabung dengan Down Beat bersama Ahmad Dhani dan Erwin, ia mulai memperhatikan sound yang dihasilkan oleh tiap-tiap jenis gitar.
Masalah kemudian bergelayut pada kehidupan Andra yaitu ketika ia harus memilih antara karirnya sebagai pemusik atau meneruskan kuliahnya di jurusan desain interior. Dengan pertimbangan yang matang, akhirnya Andra memilih untuk terus meniti karir di dunia musik, tapi bukan berarti langkahnya tetap mulus, karena kedua orang tuanya tidak setuju kalau Andra harus melepaskan bangku kuliahnya. Layaknya orang tua biasa, mereka ingin melihat Andra meraih gelar sarjana seperti kelima kakaknya yang sudah selesai. Tapi akhirnya kedua orang tuanya mau mengerti dan memang terbukti pilihan Andra tepat. Setelah melepaskan kuliahnya, konsentrasinya ke Dewa 19 membuat kreativitasnya lebih tergali.
Down
Beat yang kemudian berganti nama menjadi Dewa19 mulai merekam demo-demo
lagu yang bernuansa jazz. Dkarenakan waktu itu atmosfer musik rock
Indonesia sangat tidak menjanjikan. Baru pada saat grup rock debutan
Slank muncul dan menjadi fenomena ditahun 1991, Dewa19 kembali ke jalur
rock, meski masih ada sentuhan jazz dan pop. Dengan formasi awal Ahmad
Dhani pada keyboard, Ari Lasso pada vocal, Erwin pada bass, dan Wawan
pada drum akhirnya tahun 1992 album pertama pun direlease dengan
mengandalkan hits Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi dan Kangen yang mendapat sambutan luar biasa. Dua tahun kemudian album ke-2 direlease dengan judul Format Masa Depan. Lagi-lagi dua hits andalan Tak 'kan Ada Cinta Yang Lain dan Aku Milikmu mendapat sambutan yang baik. Permainan Andra di dua album pertama masih bernuansa rock '80. Bahkan di lagu Aku Milikmu dan Kangen, permainan solo gitar Andra bisa dibilang bernuansa Vitto Bratta (White Lion).
Album
ke-3 berjudul Terbaik Terbaik direlease pada tahun 1995. Jangan
terkecoh dengan judulnya karena album ini bukan album The Best. Hits
yang menjadi andalan adalah Satu Hati, Cinta 'kan Membawamu Kembali, Satu Hati, dan sebuah lagu CUkup Situ Nurbaya
yang kemudian menjadi lagu yang paling sering dibawakan oleh band-band
muda di ajang festival-festival atau pagelaran musik. Gaya permainan
glam rock Andra banyak menjadi inspirasi anak-anak muda untuk belajar
gitar dan nge-band. Tahun 1997, album Pandawa Lima direlease. Kali ini menjagokan hits Kirana, Aku Disini Untukmu, dan Kamulah Satu-satunya.
Tahun
1998 Andra ikut serta dalam proyek solo Ahmad Dhani yang bernama Ahmad
Band. Kali ini ia tak hanya menjadi gitaris tunggal, namun berduet
dengan Pay (ex- gitaris Slank), Bonky (ex- bassis Slank), dan Bimo
(drum). Albumnya diberi nama Ideologi, Sikap, Otak yang melempar 2 hits : Distorsi dan Aku Cinta Kau dan Dia.
Tahun
2000 Dewa mengalami perubahan formasi dengan keluarnya Ari Lasso. Ia
digantikan oleh Once yang memiliki karakter vocal berbeda dengan Ari
Lasso. Untuk alasan itulah nama Dewa19 dirubah menjadi Dewa saja. Di
album Bintang Lima yang direlease tahun 2000 ini, untuk pertama kalinya
Dewa meraih penjualan album menembus angka 1 juta keping. Di album ini
permainan gitar Andra tak lagi bernuansa rock 80's tapi lebih ke rock
70's dengan musik bergaya Queen. Album ini mengandung banyak lagu-lagu
hits seperti Roman Picisan, Dua Sejoli, Risalah Hati, Sepauh Nafas, dan lain-lain. Album berikutnya, Cintailah Cinta masih bernuansa seperti album sebelumnya dan kali ini mengandalkan lagu-lagu jagoan Arjuna, Pupus, dan Angin.
Namun permainan solo gitar Andra kurang mendapat tempat, tidak seperti
di era Dewa19 dulu. Meskipun begitu, pada tahun 2004 album terbaru Dewa,
Laskar CInta yang bernuansa sedikit techno kembali cukup memberi porsi pada permainan gitar Andra.
Untuk urusan gitar, yang pertama digunakan adalah Aria Pro tipe Stratocaster untuk pembuatan album pertama dan penampilan live nya. Kemudian setelah mencoba Fender ia mulai menggunakan gitar tersebut. Untuk mendapatkan sound yang lebih baik, ia kemudian memasang pickup Dimarzio pada gitar Aria Pro nya. Namun kemudian ia lebih memilih menggunakan Fender Classic Stratocaster sampai album Dewa19 yang ke empat.
Tahun 2006 ini, Andra dan Dewa merelease album terbaru yang berjudul Republik Cinta, dan Dewa kembali memakai judul Dewa19 sebagai nama band.
6. Ridho Slank
Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho (lahir di Ambon, Indonesia, 3 September 1973; umur 37 tahun) adalah gitaris, vokal pendukung, dan penulis lagu Indonesia. Ia adalah gitaris Slank dan vokal pendukung dengan gitaris lainnya, Abdee Negara. Dengan Slank, Ridho telah membuat 9 album studio dan 3 album live, dan satu album kompilasi yang dirilis Mei 2006.
Dia
bermain gitar sejak berusia 7 tahun. Karier profesionalnya mulai saat
membentuk grup musik LFM di tahun 1991. Setelah menyelesaikan pendidikan
formalnya, Ridho pergi ke Hollywood, Amerika Serikat untuk belajar
musik di Musician Institute untuk mengasah bakatnya.
Tak
hanya sibuk di Slank, Ridho juga memimpin klinik gitar dan mengajar.
Pada tahun 2007, tanpa membawa nama Slank, Ridho dan Ipang dari BIP
mengerjakan scoring dan soundtrack film Tentang Cinta (2007).
Ridho
menikah dengan Ony Serojawati pada tanggal 25 Agustus 2001. Dari
pernikahan ini, mereka telah dikaruniai tiga orang anak, Marco Maliq
Hafiedz, Omar Hakeem Hafiedz, dan
Karier musik
- 1991:membentuk LFM
- 1995:sekolah musik di Institute Musician, Hollywood
- 1997: bergabung dengan Slank sampai sekarang
Diskografi
- Waktu ( Bersama LFM 1996)
- Tujuh (1997)
- Mata Hati Reformasi (1998)
- Konser Piss 30 Kota (1998)
- 999 + 09 1 (1999)
- 999 + 09 11 (1999)
- Ngangkang (2000)
- Virus (2001)
- Virus Road Show (2000)
- Satu Satu (2003)
- Bajakan (2003)
- P.L.U.R (2003)
- Slankisme (2005)
- Since 1983 - edisi Malaysia (2006)
0 komentar:
Posting Komentar